Selasa, 10 Februari 2015

Produsen popok kain bandung: Mengapa Memilih Cloth Diaper ( CLODI )?

Produsen popok kain bandung: Mengapa Memilih Cloth Diaper ( CLODI )?: Mengapa Memilih Cloth Diaper ( CLODI )? Mengapa memilih cloth diaper ? Ada begitu banyak alasan. Cloth diaper lebih lembut dan nyama...

Clodi Anak

Produsen popok kain bandung: Keunikan Bayi 085222861119

Produsen popok kain bandung: Keunikan Bayi 085222861119: Tangis bayi membuat syaraf Anda tegang? Jangan lagi, nikmati saja sebab tangis bayi itu unik! Seperti beberapa fakta unik dari berbagai ...

Clodi Anak

Produsen popok kain bandung: Sejarah Popok Kain (clothdiapers)

Produsen popok kain bandung: Sejarah Popok Kain (clothdiapers): TAHUN 1942 Popok sekali pakai yang pertama diciptakan oleh seorang bernama Hugo Drangel dari Pabrik kertas di Sweden (Paulistrom) dengan m...

Clodi Anak

Produsen popok kain bandung: Sejarah Popok Kain (clothdiapers)

Produsen popok kain bandung: Sejarah Popok Kain (clothdiapers): TAHUN 1942 Popok sekali pakai yang pertama diciptakan oleh seorang bernama Hugo Drangel dari Pabrik kertas di Sweden (Paulistrom) dengan m...

Clodi Anak

Senin, 09 Februari 2015

Bahaya Popok Sekali Pakai / Disposable Diapers

  Tahukah Bunda, akhir-akhir ini kita sering mendengar pemberitaan mengenai bahayadisposable diapers yangmengandung racun (dioxin).
    Pada tahun 2000, BBC melaporkan berdasarkan penelitian di Jerman popok sekali pakai (disposable diapers) dapat dikaitkan dengan masalah infertilitas, kanker serviks dan kanker testis serta terkait dengan adanya gangguan skrotumyang mengurangi jumlah sperma. Duuh..ngerii sekali ya Bun..
     Apa iya sih sebahaya itu…Untuk tahu hal tersebut kita perlu mengetahui sejarah perkembangan diaper dari mulai jaman baheula sampai jaman modern seperti sekarang, Bun..
     Pernahkah Bunda nonton film “Babies”? sebuah film yang menceritakan kisah empat orang bayi yang berasal dari empat lingkungan berbeda, yang dimulai dari lahir hingga langkah pertama mereka. Mereka berasal dari Namibia, Mongolia, Jepang dan San Fransisco.
    Dalam salah satu adegan di film tersebut, ditampilkan bagaimana bayi Namibia tidak menggunakan popok. Mereka menggunakan lutut ibunya untuk menyeka kotoran bayi dan menghapusnya dengan batang jagung. Seperti itulah mereka menghadapi persoalannya untuk menghasilkan bayi-bayi yang mampu menghadapi lingkungan mereka.
     Apa yang ditunjukkan oleh bayi di Namibia ini, akhirnya juga diikuti oleh beberapa ibu-ibu di Manhattan, New York, AS. Ibu-ibu di Manhattan membentuk support group bagi orangtua yang tak memakaikan popok sekali pakai pada anak-anak mereka. Mereka beralasan, popok sekali pakai mahal dan menumbuhkan konsumerisme serta tak nyaman bagi bayi yang selalu “menduduki” pipis dan tinjanya sendiri.
    Walau bayi di Namibia di film tersebut dilukiskan tidak menggunakan popok, tetapi nyatanya popok bukanlah barang baru dan kehidupan manusia. Popok sudah dikenal sejak jaman dulu dimana bayi-bayi Eskimo menggunakan lumut yang dibungkus kulit anjing laut untuk popok bayi mereka.Hehehe…nggak kebayang ya Bun..
    Perkembangan popok/diaper sangat pesat. Popok modern sebenarnya sudah ada sejak tahun 1800-an. Di Amerika Utara dan sebagian Eropa dikembangkan popok dari bahan katun dan linen yang dibentuk menjadi persegi dan dipasangkan pada bayi dengan menggunakan pin/peniti. Tetapi, masalah kemudian timbul karena adanya ruam popok/diaper rash yang disebabkan oleh bakteri. Pada saat itulah berkembang suatu proses yang sekarang dinamakan dengan istilah Sterilisasi, Bun. Mulailah para ibu merebus popok kain milik anaknya dan kemudia menjemurnya di bawah sinar matahari untuk memutus rantai hidup bakteri.
        Pada awal tahun 1900-an saat perang dunia II dan seiring berjalannya waktu, perang dunia II juga menjadi titik penting perkembangan popok, dimana saat itu akibat banyaknya ibu yang bekerja membuat mereka tidak memiliki waktu untuk mencuci popok sendiri. Alhasil, jasa pencucian popok/ Diapers Service mulai bermunculan, meningkat, dan memicu lahirnya popok sekali pakai (Pospak) atau apa yang kita sebut masa kini sebagai disposable diaperPadpenyerap disposable pertama dibuat dengan menggunakan bahan tissue selulosa tanpa pemutih yang dipasangkan dalam celana karet. Dibuat oleh Paulistorm asal Swedia.
       Pada tahun 1960an-1980an disposable diaper/ popok sekali pakai/pospak berevolusi sangat cepat. Sebagai ganti tissue, bahan pulp mill, dan campuran rayon-kapas mulai digunakan. Teknologi yang berkembang pesat memperbaiki kinerja pospak. Untuk mendapatkan bahan baku rayon untuk diaper sekali pakai ini, umumnya perlu dilakukan proses pemutihan pulp kayu (bleaching) dan pemurnian.
Ada 2 cara pemutihan dan pemurnian produk diaper Bunda, antara lain sebagai berikut :

1. Pemutihan menggunakan gas klorin. Proses ini dapat menghasilkan dioxin sebagai produk sampingannya. Proses ini digunakan oleh pemasok bahan baku rayon untuk pospak di masa lalu. Diperlukan beberapa proses berikutnya untuk menghilangkan dioxin. Di Amerika, proses ini tidak boleh lagi digunakan oleh produsendiaper, pembalut wanita dan sanitary napkins lainnya.

2. Pemutihan yang bebas elemen klorin. Pemutihan ini tidak menggunakan gas klorin, tetapi menggunakan hidrogen peroksida (H2O2). Proses ini tidak menghasilkan dioxinsebagai kontaminan, sehingga sering pula disebut proses pemutihan bebas dioxin.

Beberapa tahun yang lalu, FDA (semacam BPOM-nya Amerika gitu, Bunda..) meminta produsen besar diaper dan pembalut untuk menguji produk mereka terhadapdioxin menggunakan metode analisis yang disetujui oleh US EPA (Environmental Protection Agency). Data menunjukkan bahwa tingkat dioxin dalam rayon berkisar dari tidak terdeteksi sampai dengan 1 bagian dalam 3 triliun (susah dibayangkan..heheh..), jauh di bawah ambang batas yang menempatkan konsumen pada risiko kanker. FDA telah menetapkan bahwa dioksin terdapat pada rayon terdapat pada tingkat yang sangat rendah yang tidak menimbulkan risiko kesehatan. Tetapi ini Amerika loh Bun…Kalau Indonesia sampai saat ini belum mengeluarkan statement mengenai kasusdioxin ini…Yaaahh, untuk lebih amannya apalagi untuk si buah hati dan orang-orang yang kita cintai, lebih baik kita menjauhi hal yang menjadi penyebabnya seperti pada kasus dioxin dalam proses pembuatan diaper ini, walaupun kadarnya masih dalam ambang aman mengingat bahaya yang ditimbulkan ke depannya.Karena siapa sih yang bisa menjamin, bahwa produk tersebut aman dan bebas bahaya…Waallohualam

Dari tadi disebut-sebut tentang dioxin. Sebenarnya apa sih dioxin itu? Nggak ada salahnya Bunda menambah wawasan mengenai dioxin ini…

Dioxin merupakan bahan pencemar lingkungan. Dioxin menjadi perhatian karena mereka sangat beracun. Percobaan telah menunjukkan bahwa mereka dapat mempengaruhi sejumlah organ dan sistem. Setelah dioxin memasuki tubuh, maka akan bertahan lama karena stabilitas kimia dan kemampuan dioxin untuk diserap oleh jaringan lemak, di mana dioxin kemudian disimpan dalam tubuh. Waktu paruh dioxin di dalam tubuh diperkirakan 7-11 tahun. Dalam lingkungan, dioxin cenderung menumpuk dalam rantai makanan. Semakin tinggi posisi dalam rantai makanan, semakin tinggi konsentrasi dioxin. Nama kimia untuk dioxin adalah 2,3,7,8 – tetrachlorodibenzo para dioksin (TCDD).

Apa sih bahaya dioxin sebenarnya bagi tubuh??Bunda perlu tau…
Dampak jangka pendek dioxin kadar tinggi pada manusia dapat mengakibatkan lesi kulit, seperti chloracne (sejenis jerawat akibat terkena senyawa halogen, termasukdioxin) dan penggelapan warna kulit, dan gangguan fungsi hati. (Salah satu contoh kasus chloracne yang terkenal adalah yang dialami Presiden Ukraina Viktor Yuschenko. Untuk sekedar tau aja ya Bunda… Pak Presiden ini diduga keracunandioxin melalui makanannya. Sampel darahnya mengandung 100.000 Unit/gram TCDD, suatu kadar tertinggi kedua yang pernah tercatat pada manusia….woow
Sedangkan dampak jangka panjang menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh, perkembangan sistem saraf, sistem endokrin/hormon dan fungsi reproduksi. Dampak kronis dioxin pada hewan telah mengakibatkan beberapa jenis kanker.Hmm..
Terkait dengan proses pembuatan disposable diapers tadi, Bun..Ada beberapa referensi yang memaparkan bahan yang terkandung dalam disposable diapers adalah sebagai berikut:


1. Fluff pulp yang digunakan sebagai bahan baku disposable diapers, dibuat dari dari pulp kayu yang direndam klorin. Akibatnya fluff pulp ini menghasilkan dioxin (suatu zat penyebab kanker), natrium polyacrylate (gel penyerap super beracun), minyak dan resin yang berpotensi menimbulkan alergi, parfum berbahaya, dan bahan kimia berbahaya lainnya seperti tributyltin. Beberapa zat-zat ini dapat menyebabkansickness yang luas untuk si kecil dari terjadinya ruam dan asma hingga terjadinya infertilitas dan kanker di kehidupan mereka setelah dewasa kelak! Na’udzubillah…

2. Natrium Polyacrylate memang bisa bekerja sebagai super absorbent gel yang hebat, bahan yang berbentuk serbuk sebelum dicampurkan pada lapisan dalam disposable diaper memiliki daya serap lebih dari 100 kali dari beratnya di dalam air. Bahan kimia diaper inilah yang mengubah cairan menjadi gel yang akan menempel di kulit si kecil dan menimbulkan reaksi alergi. Disamping itu, bahan ini juga dicurigai sebagai biang keladi iritasi kulit dan demam. Ketika disuntikkan pada tikus percobaan menimbulkanhemorhage/radang, kegagalan kardivaskuler(jantung dan pembuluh darah), bahkan kematian. Anak-anak bisa terbunuh jika menelan 5 gram Natrium Polycrylate. Selain itu, bahan ini juga merusak daya tahan tubuh dan menurunkan berat badan para pekerja pabrik yang memproduksinya.

3. Tributyl Tin (TBT) juga termasuk bahan yang digunakan dalam produksi disposable diaper. Bahan kimia ini selain menyebabkan pencemaran lingkungan juga sangat beracun. Penyebarannya bisa melalui kulit, jadi bisa dibayangkan tingkat bahayanya kalau kulit si kecil yang sensitif memakai diaper yang mengandung TBT. Karena saking beracunnya bahan kimia ini dalam konsentrasi yang sangat kecil pun bisa mengakibatkan gangguan hormon disamping mengganggu sistem kekebalan tubuh. Tak tanggung-tanggung, orangtua yang memiliki bayi laki-laki perlu waspada karena bahan ini bisa menyebabkan kemandulan (pada bayi laki-laki). Ginny Caldwelldalam artikelnya yang berjudul Diapers. Disposable or Cotton?, menyatakan bahwa kerusakan dalam sistem saraf pusat, ginjal dan lever bisa disebabkan oleh bahan-bahan kimia berbahaya yang ditemukan dalam disposable diaper.


        Pada tahun 1999 The Archive of Environmental Health melaporkan sebuah studi yang dilakukan oleh Anderson Laboratories. Dalam studi tersebut mereka membuka kemasan diaper lalu meletakkannya di dekat tikus-tikus percobaan. Tikus-tikus yang terkena diaper tersebut menderita bronchoconstriction (penyempitan bronkus paru-paru) yang menyerupai serangan asma. Tak hanya itu, tikus-tikus tersebut juga mengalami iritasi mata, kulit dan tenggorokan. Di dalam sebuah ruangan yang luas sekalipun emisi daridisposable diaper cukup mampu membuat tikus-tikus ini terserang asma. Bahan kimia yang ditemukan dalam disposable diaper yang mampu menyebabkan iritasi tenggorokan antara lain tolune, xylene, ethylbenzene, styrene, dan isopropylbenzene.
Just for information moms..so..minimalkan penggunaan disposable diapers. kalau mau aman dari bahan kimia, tapi nggak pake clodi, pake aja disposable diapers herbal.. atau kalau nggak mau mahal-mahal beli clodi modern, pake aja popok kain biasa..jelas amannya..Change u're mind set, choose the best choice for our baby ^_^



Mengapa Memilih Cloth Diaper ( CLODI )?

Mengapa Memilih Cloth Diaper ( CLODI )?

Mengapa memilih cloth diaper ? Ada begitu banyak alasan.
Cloth diaper lebih lembut dan nyaman terhadap kulit bayi Anda.
Cloth diaper juga bebas dari bahan kimia yang terkandung dalam popok sekali pakai (disposable diapers).
Berikut adalah beberapa fakta mengapa cloth diaper lebih baik dari pada popok sekali pakai

Kesehatan

Popok sekali pakai mengandung jejak zat Dioxin, yaitu zat yang sangat beracun dari proses pemutihan kertas. Merupakan bahan kimia karsinogenik, yang terdaftar oleh EPA sebagai zat yang paling beracun dari semua zat kimia penyebab kanker. Zat ini sudah dilarang (banned) di banyak negara.
Popok sekali pakai mengandung Tributyl-tin (TBT), yaitu suatu polutan beracun yang dapat menyebabkan masalah hormonal pada manusia dan hewan.
Popok sekali pakai mengandung zat sodium polyacrylate, sejenis polimer penyerap super (SAP), yang akan menjadi seperti gel pada saat basah. Bahan-bahan serupa telah digunakan dalam media serap yang kuat, sampai dengan awal tahun 1980-an. Kemudian terungkap bahwa zat tersebut dapat meningkatkan resiko toxic shock syndrome, dan membuat lingkungan yang dapat meningkatkan produksi bakteri toksin.
Pada bulan Mei 2000, Archives of Disease in Childhood mempublikasikan penelitian yang menunjukkan bahwa suhu skrotum pada anak laki-laki meningkat pada saat memakai popok sekali pakai.
Penggunaan jangka panjang dari popok sekali pakai, dapat menyebabkan mekanisme pendingin testis fisiologis menjadi tumpul.
Kulit sebagian bayi dapat sensitif terhadap kandungan yang dipakai dalam popok sekali pakai.

Lingkungan

Pada tahun 1988, lebih dari 18 miliar popok yang dijual dan dikonsumsi di Amerika Serikat. Berdasarkan perhitungan, diperkirakan bahwa 27,4 miliar popok sekali pakai dikonsumsi setiap tahun di Amerika Serikat saja.
Lebih dari 92% dari popok sekali pakai akan berakhir ditimbun di tanah.
Tidak ada yang tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan popok sekali pakai untuk membusuk. Tetapi diperkirakan sekitar 250-500 tahun.
Popok sekali pakai berada di urutan ketiga terbesar dari item tunggal yang berkontribusi pada tanah lingkungan kita, dan mewakili sekitar 4% dari limbah padat.
Lebih dari 300 pounds kayu, 50 pounds bahan baku minyak, dan 20 pounds klorin digunakan untuk memproduksi popok sekali pakai untuk satu bayi setiap tahunnya.

Kulit kering dan ruam (rash)

Alasan yang paling umum untuk ruam (rash) akibat popok adalah karena kelembaban yang tinggi di kulit.
Bayi yang baru lahir harus ganti popok hampir setiap jam.
Dan apabila sudah agak besar, harus ganti popok setiap 3-4 jam, tidak peduli apa pun jenis popok mereka pakai.
Setidaknya separuh dari bayi-bayi yang menggunakan popok akan menunjukkan adanya ruam, setidaknya satu kali selama tahun-tahun mereka menggunakan popok.
Ruam akibat popok ini hampir tidak pernah terdengar sebelum penggunaan celana karet atau plastik di tahun 1940-an.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara popok kain (cloth diaper) dan popok sekali pakai ketika berbicara mengenai ruam akibat popok ini.
Ada banyak penyebab untuk ruam, seperti alergi makanan, infeksi jamur, sensitivitas kulit, lecet, dan iritasi kimia.
Ruam popok dapat terjadi akibat makanan baru yang diperkenalkan pada bayi. Beberapa makanan dapat meningkatkan frekuensi buang air besar yang juga bisa menjadi salah satu penyebab.
Perubahan dalam diet ibu menyusui dapat mengubah tinja bayi, sehingga dapat menyebabkan ruam.

Biaya

Diperkirakan bahwa setiap bayi membutuhkan sekitar lebih dari 7.000 popok sampai dengan usia 3 tahun.
Berikut adalah perbandingan estimasi biaya, penggunaan popk sekali pakai (disposable diapers) dan cloth diapers:
Popok sekali pakai (disposable diapers)
Diasumsikan penggunaan popok sebanyak 56 pcs / minggu (8 pcs / hari).
Dengan harga Rp 1.500,- / popok, berarti biaya yang diperlukan adalah Rp 84.000,- / minggu atau Rp 4.368.000,- / tahun.
Dengan asumsi penggunaan popok sampai anak usia 30 bulan, maka total biaya popok yang harus disediakan adalah lebih dari Rp 9.000.000.- / anak.
Cloth diaper
Dengan asumsi 1 hari, si kecil menggunakan 8 pcs clodi, dan diasumsikan proses mencuci dan pengeringan memakan waktu (asumsi) 3 hari, maka diperlukan sebanyak 24 pcs clodi / anak.
Melihat harga clodi yang sangat beragam, mulai dari Rp 80rb / pcs sampai dengan Rp 400rb / pcs, maka kami mengambil jalan tengah dengan mengasumsikan harga clodi di Rp 150rb / pcs.
Maka biaya popok yang diperlukan adalah sebesar Rp 3.600.000,- / anak.
Dengan demikian, penggunaan cloth diaper bisa menghemat biaya popok si kecil lebih dari 60% !

Sejarah Popok Kain

Clodi Anak
  • SEJARAH POPOK KAIN "CLOTHDIAPERS
benicekids 0.01.08522286119


          TAHUN 1942
Popok sekali pakai yang pertama diciptakan oleh seorang bernama Hugo Drangel dari Pabrik kertas di Sweden (Paulistrom) dengan menggunakan jaringan selulosa yang dikisutkan.
TAHUN 1946
Seorang wanita bernama Marion Donovan menciptakan “Boater”, diaper cover yang tidak tembus air, yang dibuat dari popok kain konvensional yang dimasukkan ke dalam tirai plastik untuk mandi.
Dia dianugerahi empat paten yang berbeda, termasuk salah satunya untuk penggunaan kancing plastik.
TAHUN 1949
Johnson and Johnson memperkenalkan popok sekali pakai yang pertama dipasarkan secara masal, diimpor dari Sweden, dengan merek “Chux”.
TAHUN 1950
Popok prefold dengan beberapa lapisan ekstra di bagian tengah diciptakan oleh Mrs. Hellerman, pemilik “Diaper Service”, masih popular sampai hari ini.
Juga diciptakan popok berkancing pertama tanpa penggunaan peniti yang berbahaya.
TAHUN 1960 – 1980
Popok sekali pakai berkembang dengan cepat. Alih-alih digunakannya jaringan selulosa, bubur kertas mulai diperkenalkan. Kemudian serat selulosa kertas digunakan.
Persaingan ketat antara Pampers Vs. Huggies membuat harga popok sekali pakai semakin terjangkau dan inovasi demi inovasi dibuat termasuk dibuatnya popok dengan bentuk jam pasir untuk penampilan yang lebih ramping juga perekat yang direkatkan ulang serta pinggang yang elastis.
TAHUN 1984
Amerika – Sodium polyacrylate, polimer superabsorben diperkenalkan. Ini adalah inovasi yang revolusioner karena polimer ini melenyapkan ruam popok dan mengurangi tingkat kebocoran dari 10% menjadi 1%.
Hal ini juga membuat popok menjadi jauh lebih murah, mengurangi ongkos pengiriman karena kotak diisi dengan produk yang menjadi lebih kecil, dan jumlah yang lebih besar dapat muat dalam setiap trailer traktor.
TAHUN 1991-1995
Beberapa tahun terakhir telah membawa banyak kemajuan pada popok sekali pakai. Tetapi, pada awal tahun 1990, pengguna popok kain menyuarakan isu-isu lingkungan mengenai penggunaan popok sekali pakai. Popok kain kembali dengan kuat dan popular kembali.
AKHIR TAHUN 1990-AN DAN AWAL TAHUN 2000
Ditandai dengan banyak didirikannya pabrik besar yang memproduksi popok kain.
Perusahaan Motherease didirikan dan mulai menjual popok kain di seluruh Kanada dan Amerika Serikat.
Selanjutnya popok kain mengalami banyak inovasi yang terus menerus yang mempermudah para orangtua dan menjadi pilihan bagi yang peduli akan isu-isu lingkungan hidup seperti:
popok kain satu ukuran
perekat pinggang yang elastis.
Popok berkantung (pocket diaper)